Apa itu Hegemony?

on Thursday, May 10, 2012
Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan yang mesti saya cari jawabannya. Tahu kenapa? Karena pertanyaan ini adalah pertanyaan dasar yang ada dalam skripsi saya. Ya, saat ini saya sedang mengerjakan sebuah skripsi untuk mengejar kelulusan tepat waktu S-1 selama 4 tahun di Universitas Diponegoro.

Hegemoni menggelitik pikiran saya karena pada saat semester 6 saya dicekoki sebuah novel yang bercerita perihal kehidupan orang kulit itam di lingkungan yang penuh dengan orang kulit putih. Dari novel itu, ada beberapa macam sudut pandang analisis yang bisa digunakan untuk membedah isi novel ini dengan teori sastra yang populer. Satu yang ada di benak saya adalah teori hegemoni.

Kenapa saya menggunakan teori ini? Karena pertama, saya sedikit lebih paham akan teori-teori marxisme daripada teori yang lainnya seperti post kolonial, psikoanalisis, apalagi feminisme.

Kedua, karena menurut saya teori ini cocok dengan konflik yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini. Terlebih saat beberapa waktu lalu saat saya berkonsultasi dengan ketua seksi sastra di jurusan saya. Saat sebelumnya saya hendak melirik teori rasisme, ditolak mentah-mentah oleh ketua seksi sastra yang juga dosen senior sastra itu. Katanya rasisme hanya untuk anak american studies, dan bukan untuk anak sastra seperti saya. yasudahlah, saya mantapkan hati untuk mengambil teori ini.

Lalu, apa sebenarnya teori Hegemoni ini?
Hegemoni adalah sebuah kondisi dimana terdapat dua buah kelompok yang disebut dengan penguasa dan yang terkuasai. Ada dua buah kubu, yakni mereka yang mendominasi dan mereka yang terdominasi. Kondisi ini ada pada masa modern dan bukan di negara dengan sistem monarki. Sekilas memang mirip dengan diktatorisme, karena terdapat kelompok masyarakat yang terdominasi oleh penguasanya. Namun, Hegemoni agak lebih spesifik.

Hegemoni pertama kali muncul di Italia pada masa pemerintahan Mussolini, dan pertama kali dicetuskan oleh seorang penulis bernama Antonio Gramsci. Hegemoni menurut Gramsci adalah saat dimana sebuah kekuasaan dijalankan oleh penguasa terhadap rakyatnya tanpa melalui sebuah tindakan kekerasan. Semua kekuasaan dipraktekkan melalui pendekatan ideologis juga ekonomi.

Beberapa tokoh telah banyak membahas teori ini seperti contohnya adalah Srinati, Joseph Femia, dst. Berikut adalah beberapa kutipan dari pengertian Hegemoni menurut mereka:
Srinati dalam bukunya An Introduction to Theories of Popular Culture menyebutkan bahawa dalam hegemoni:
"...Dominant groups in society, including fundamentally but not exclusively the ruling class, maintain their dominance by securing the 'spontaneous consent' of subordinate groups, including the working class, through the negotiated construction of a political and ideological consensus which incorporates both dominant and dominated groups” (1995: 165).
Dia juga menjelaskan bagaimana sebuah praktek hegemoni diterima oleh mereka yang dikuasai:
It can be argued that Gramsci's theory suggests that subordinated groups accept the ideas, values and leadership of the dominant group not because they are physically or mentally induced to do so, nor because they are ideologically indoctrinated, but because they have reason of their own (1995: 166).

0 comments:

Post a Comment